Diary Harian

karya : Eli saafrinia.............

cerita ini Gue buat NYATA kejadian yang terjadi sama gue.... waktu baru masuk sekolah SMA..karena gue pengen banget cerita ini banyak yang baca.. dan gue pengen temen-temen yang baca bisa ikut merasakan kisahku... ok,ok buat yang mau baca aku ucapin terima kasih deh, dan buat yang... gak mau baca, yaudah lah yohhh mungkin lagi sibuk.. esttt barang kali kalau kalian . buka internet mampir-mampir dong ke blog gue,, kali ajha bermanfaat .. hhahhahahahhah yaudah met baca ajha, ckckck ini bukan cerpen lowh, tapi ini aku angkat dari diary harianku.. cuman buat kamu.kamu.kamu aku mau berbagii, ciielah baik banget kan gue,, makanya buruan baca jangan terlena dengan cerewet gue ini entar malah bosen lagi. hufft inilah gue, Eli anak paling cilik dikelas sepanjang tahun,.. huhuhuuhuhuhhuhuuh kapan gedenya... udah-udah cepet baca.. 

         API YANG MENYALA karya: eli saafrinia

           Tanggal 2 juli 2012.Pendaftaran siswa baru SMA negeri telah dibuka. Tepat pukul 08.00 pagi, aku tiba ditempat pendaftaran.Nampak beberapa siswa berseragam putih biru yang akan mencalonkan diri.
           Pengumuman penerimaan siswa baru tahun ajaran 2011/2012. keberuntungan masih dipihakku, jurnal online di internet menyatakan aku diterima.
           Hari pertama masuk sekolah. Aku mendapatkan kelas sementara di X-1. Masing-masing kelas diberi pengarahan oleh pengurus OSIS. Kegiatan MOS sangat seru dan banyak kegiatan menarik. Masa Orientasi Siswa diakhiri dengan berjabat tangan bersama kakak-kakak pengurus OSIS.
           Setelah menghela nafas lega karena kegiatan MOS berjalan dengan lancar. Kegiatan pramuka penegak tamu diadakan. Kegiatan kemah terkesan menggembirakan kegiatan yang begitu menantang dan rasanya makin mudah berorientasi mengenal banyak teman dibandingkan kegiatan MOS.Seru bisa kumpul dan saling berbagi bersama dengan suasana seperti keluarga. Kita saling bertukar cerita serta bercanda. Hal yang masih terbayang indah, saat Api unggun menyala. Nyanyian anggun dari pita suara. Bersenandung dan bersukaria bersama kawan-kawan.
          Acara renungan malam dalam suasana mengharukan. Kita diingatkan mengenai kebaikan dan kesabaran kedua orangtua ketika kita masih balita hingga sebesar sekarang. Pengorbanan mereka yang tidak ternilai harganya. Banyak yang meneteskan air mata yang tak bisa ditahan. Begitu pula aku, aku lahir karena pengorbanan ibuku. Aku hebat berkat doa orangtuaku. Namun sampai sekarang aku belum bisa membalas kebaikan mereka.
          Lengkap sudah semua peralatan yang aku bawa untuk kembali pulang. Aku harap tidak ada satupun yang tertinggal. Pramuka penegak tamu diakhiri dengan upacara penutup dibawah sengatan matahari.
        
          




 SAAT MATA-MATA MENATAPIKU karya Eli saafrinia

           Aku heran dengan tingkah kawan-kawan baruku. Mereka sibuk melihat kertas putih yang menempel dibalik jendela. Lalu mereka berbondong-bondong keluar kelas dan membawa ransel milik masing-masing. Sama seperti yang lain setelah membaca lembar putih aku langung pergi mencari kelas yang sudah ditetapkan untukku.
       
        Tinta telah siap menuliskan sejarah dibaris-baris buku tulis. Lembaran putih mulai bermain dengan pena hitam. Seragam putih telah berpasangan dengan abu-abu. Aku yakin papan putih yang berada didepan mataku sebentar lagi akyang memperkenalkan diri. Hingga aku terheran dengan diriku sendiri. Sebenarnya aku tidak mengetahui tetapi keadaan dan gejola harapan membangkitkanku untuk bisa menaklukan tantangan hari itu.an berisi coretan pengetahuan. Aku adalah 1 dari 36 siswa penghuni X-5 yang segera memulai pelajaran.
Kupandangi wajah-wajah asing yang berada didalam ruangan termasuk guruku. Satu-persatu mulai terekam. Mereka semualah yang akan mengisi pagi dan siangku nanti. Yang akan memberikan warna dihati dan pikiranku.
          Perkenalan didepan kelas. Mungkin aku sudah terbiasa dengan kata-kata puitis seperti bersandiwara. Namun ini bukan karangan tetapi sebatas memperkenalkan.
Aku tak mampu berkata lebih banyak dan lebih terbukadidepan mereka. Saat mata-mata menatapiku. Mematikan nyaliku, hingga sulit untuk mengucapkan apa yang aku pikirkan. Aku terjaga di hadapan mereka gerak-geriku terlihat jelas bahwa aku gemetar. Aku takut mereka tertawa dan membuatku malu.
          Bukan sebuah halangan. Memang aku tidak bisa menakklukan perkenalanku didepan kelas. Setidaknya aku masih bisa menunjukkan bahwa aku pantang menyerah dengan memberikan pertanyaan kepada teman-teman


Tidak ada komentar:

Posting Komentar